satumalukuID – Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Pencegahan Covid-19 Provinsi Maluku, Kasrul Selang, meminta masyarakat Ambon tidak perlu khawatir, dengan keberadaan para karyawan perusahan LNG Tangguh Bintuni, Papua Barat, yang dikarantina di Ambon.
Kepada wartawan di Ambon, Sabtu (9/5/2020), Kasrul katakan, sebelum berangkat ke Ambon untuk menjalani masa karantina, para karyawan tersebut sudah terlebih dahulu melakukan serangkaian tes, termasuk mengikuti rapid test (RDT).
“Hasil hasil rapid test atau RDT sebelum mereka ke Ambon, sudah dinyatakan tidak reaktif terhadap Covid-19,” ungkap Kasrul yang juga Sekretaris Daerah Maluku ini.
Kasrul menegaskan, pihak Gugus Tugas Covid-19 Maluku, tidak akan mengizinkan bila para karyawan LNG Tangguh Bintuni ini, tidak mengikuti prosedur tersebut.
“Kita juga tidak lantas menerima mereka begitu saja, tanpa melalui serangkaian proses sehingga kita juga aman,” tandasnya.
Jika perusahaan CITIC di Bula, Seram Bagian Timur, mengizinkan karyawannya dikarantina di Balai Keagamaan Provinsi Maluku, tidak demikian dengan pihak LNG Tangguh.
Industrui strategis nasional ini meski mengkarantina karyawannya di Ambon, namun mereka memilih menggunakan fasilitas hotel di kota ini, dengan seluruh pembiayaannya ditanggung oleh pihak perusahaan tersebut.
Informasi yang satumalukuID dapatkan dari salah seorang sumber yang juga menangani karantina karyawan perusahan yang bergerak di sektor migas, menyebutkan bahwa aturan karantina untuk karyawan perusahan hulu migas, memang menjadi aturan yang disyaratkan PT. Pertamina.
“Memang sebelum ke lapangan harus dikarantina dan harus di hotel yang memadai, minimal bintang 3 ke atas,” ujar sumber satumalukuID, bernama Jeffry Pattinasarany ini.
Dia katakan, perusahannya sudah lebih dari dua bulan ini, juga menangani karantina karyawan perusahaan yang bergerak di sektor migas. ‘
“Kami pakai dua hotel, sudah dua bulan lebih ini. Tiap hotel kami menggunakan semua lantai. Hotelnya itu bintang 4,” uangkapnya.
Terkait karyawan LNG Tangguh dikarantina di Ambon, Jeffry menduga, di daerah Bintuni tidak ada hotel yang memadai.
Prosedur karantinanya, lanjut Jeffry, para karyawan sama sekali tidak boleh keluar dari kamar selama dikarantina. Mereka juga dicek kesehatannya setiap pagi dan sore.
Jadi mereka ini, tambah Jeffry, aman untuk masyarakat yang lain. Karena mereka tidak akan kontak dengan orang lain.
“Mereka ini lebih aman dari pada orang yang masuk individual lewat bandara dan pelabuhan. Satu hal positif lagi, hitung-hitung biar hotel di Ambon juga bisa ada pemasukan. Siapa tahu karyawan hotelnya bisa dapat THR,” tuturnya.