satumalukuID – Ikatan Dokter Indonesia Cabang Ambon menyalurkan bantuan paket alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis yang bertugas di sembilan rumah sakit di Kota Ambon, Sabtu.
APD yang disalurkan berupa 300 potong pakaian hazmat, 200 pelindung wajah (face shield), 40 pelindung mata (google), 10 boks masker bedah (surgical mask), 120 helai masker N95, 50 helai masker KN95 dan delapan boks sarung tangan plastik (hands gloves).
Alat-alat pelindung diri tersebut dibagikan oleh IDI Cabang Ambon ke RSUD dr. M. Haulussy, Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Nania, Rumkital Dr. FX. Suhardjo, RS Bhayangkara, RS Bhakti Rahayu, RST Tk. II Prof. dr. JA Latumeten, RS Sumber Hidup, RS Alfatah dan RS Otokuyk.
Masing-masing rumah sakit mendapatkan 30 potong pakaian hazmat, 20 pelindung wajah, empat pelindung mata, 1 boks masker bedah, 12 helai makser N95, lima helai masker KN95 dan 40 pasang sarung tangan plastik.
dr. Gilbert Tapilatu dari IDI Cabang Ambon mengatakan selain sembilan rumah sakit yang tesebar di Kota Ambon, bantuan APD juga disalurkan ke RSUD dr. Ishak Umarella Tulehu di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
RSUD dr. Ishak Umarella saat ini beroperasi di kawasan perkuliahan Universitas Darussalam Tulehu, karena sebagian besar bangunannya rusak akibat guncangan gempa tektonik magnitudo 6,5 skala richter pada 26 September 2019.
“Kalau ke RSUD dr. Ishak Umarella walaupun masuk kabupaten Maluku Tengah, ada permintaan dari anggota IDI Ambon yang bertugas di sana. APD yang dibagi jumlahnya sama dengan sembilan rumah sakit di Ambon,” katanya.
Selain anggota IDI Cabang Ambon, penyaluran APD ke rumah-rumah sakit dibantu oleh 10 dokter koas dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon.
dr. Gilbert mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi kesigapan para dokter koas yang sementara ini sedang diliburkan, untuk membantu penyaluran bantuan APD.
Karena banyak anggota IDI Cabang Ambon tidak bisa turun langsung membagikan APD, sebab harus berada di rumah sakit dan beberapa balai yang menjadi lokasi karantina, serta sebagian lainnya sementara ini harus menjalani proses karantina mandiri.
“Kami mengapresiasi dokter-dokter koas dari FK Unpatti yang siap membantu, karena kami sendiri juga harus sambil tetap kerja, mengurus karantina dan juga yang sementara dirumahkan,” ujar dr. Gilbert Tapilatu.