Pasir putih yang memanjang di pantai itu, silih berganti disapu ombak. Kawasan yang dikenal dengan nama Pantai Pasir Panjang atau disebut Pantai Ngurbloat ini memang memesona. Pantai yang cukup populer di Kepulauan Kei, Provinsi Maluku ini, terkenal punya pasir yang sangat halus dan putih bersih. Konon pasir pantai ini disebut-sebut salah satu yang terhalus di Indonesia.
Namun belakangan pantai yang paling favorit dikunjungi wisatawan, yang datang ke Kepulauan Kei ini, sepi pengunjung. Kondisi ini sejalan dengan situsi pandemi COVID-19 di tanah air, yang sudah berlangsung hampir dua tahun, dan salah satu sektor yang paling terkena dampak adalah pariwisata.
Siang tadi saya menghubungi salah satu sahabat yang merupakan ketua sebuah komunitas pariwisata di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Namanya Hafiedz Khaulani. Bagi komunitas Kaki Bajalang yang hadir sejak tahun 2016 lalu, dia dianggap sebagai Kepala Suku mereka.
Hafiedz bertutur, bahwa sejak tahun 2020, atau di awal pandemi COVID-19, terasa sekali perubahan yang dia dan rekan-rekannya alami terutama pada sektor pariwisata di Kepulauan Kei.
“Kondisi sangat berubah sekali. Dari kunjungan wisatawan yang sangat tinggi dan banyak, tiba-tiba saat terjadi COVID-19 kunjungan wisatawan sangat menurun drastis. Oleh sebab itu akhirnya kita memutuskan untuk menghentikan trip karena penyebaran COVID-19 yang semakin besar,” ujar Hafiedz kepada satumalukuID, melalui telepon, Senin (26/07/2021).
Dia katakan, pihaknya tidak ingin mengambil resiko ketika tetap membuka trip, ditakutkan jika nanti ada wisatawan yang datang membawa virus dan akhirnya berdampak juga kepada masyarakat di Kepuluan Kei.
“Selain itu juga trip tidak bisa dilakukan karena saat itu juga terjadi lockdown di mana-mana, sehingga orang-orang tentunya tidak kepikiran untuk liburan. Orang-orang lebih memikirkan untuk bertahan hidup di masa pandemi saat ini,” ujarnya.
Lelaki yang menginisiasi gerakan menduniakan Kei sejak tahun 2016 ini menyebutkan, selain untuk sektor pariwisata tentunya juga berdampak bagi penduduk di Kei dan juga di semua daerah baik di perkotaan maupun pedesaan juga ikut terkena.
“Sampai saat ini kondisinya masih tetap sama apalagi untuk sektor pariwisata. Kita berharap ketika new normal mungkin akan lebih baik. Namun saat ini belum ada wisatawan yang berkunjung, meskipun ada itu pun hanya satu atau dua orang, dan kebanyakan juga orang lokal yang hanya sekadar ke pantai, karena kebanyakan spot wisatawan sudah ditutup untuk saat ini” jelasnya.
Hafiedz bercerita, meskipun dalam kondisi seperti itu, namun hingga saat ini pihaknya masih tetap mempromosikan keindahan Kepulauan Kei melalui sosial media, agar orang-orang tidak lupa begitu saja.
“Ini merupakan salah satu upaya kita, sebab kita yakin bahwa suatu saat pandemi COVID-19 akan selesai, dan kita tidak ingin orang-orang melupakan Kei begitu saja. Jadi ketika nanti sudah bisa dibuka kembali trip ke sini, masih akan ada tetap wisatawan yang berkunjung,” harapnya.
Untuk dapat bertahan dalam masa pandemi, Hafiedz bersama komunitas Kaki Bajalang mengerjakan beberapa project wedding atau preweeding, dan itu juga hanya untuk orang-orang lokal, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
“Semua project yang kita lakukan saat ini hanya untuk orang di Kei saja. Meskipun memang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya namun project-project tersebut yang masih membuat kami anak-anak komunitas Kaki Bajalang dapat bertahan di masa pandemi hingga saat ini,” tandasnya.
Sofia Namsa pengelola salah satu hotel terkemuka di Kepulauan Kei, yang selama ini menjadi mitra Kaki Bajalang, mengaku bahwa memang sangat populer terkait kegiatan tour and travel. “Kalau orang dari luar ingin travelling di Kepulauan Kei, mereka pasti pakai Kaki Bajalang, yang juga bekerja sama dengan hotel kami,” ungkapnya.
Namun di saat pandemi Covid-19, Sofia mengaku dampaknya sangat terasa. “Dulu tamu mereka pasti diinapkan di hotel kami. Bahkan bukan hanya nginap di hotel, tapi juga menggunakan bus di sini untuk transport. Dan cukup membawa income yang baik bagi kita,” ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan Sugianto Rentanubun, bahwa sejak 2016 hingga sebelum masa pandemik Covid-19, Kaki Bajalang selalu datang untuk reservasi di tempat kami. “Tapi setelah pandemi, banyak travel agent yang sepi wisatawan, termasuk Kaki Bajalang. Sudah jarang bahkan tidak ada lagi reservasi,” bebernya.
Namun bagi Sugianto, hubungan silaturahmi dengan komunitas yang pernah meraih Juara 1 Kompetisi Membangun Negeri, Tingkat Provinsi Maluku, dalam kategori Lomba Vlog Destinasi Pariwisata Maluku, Kompetisi Membangun Negeri Tahun 2020 kini, tetap terjaga, karena dia menganggap orang-orang di Komunitas Kaki Bajalang sudah seperti keluarga sendiri.
Di penghujung Juli ini, persisinya di tanggal 25, Kaki Bajalang merilis sebuah video dokumenter yang diberi judul: SELESAI. Pada pengantarnya mereka menulis:
Bahwa kita telah sepakat untuk memulai, maka kita setuju untuk menyelesaikannya dengan cara yang terbaik.
Film dokumenter ini direkam agar masyarakat mengetahui bagaimana generasi muda setempat dapat diandalkan untuk mengembangkan masyarakat dan pulau-pulaunya dalam mendukung Pariwisata.
Sebagai komunitas yang dikembangkan oleh sejumlah anak muda di Kepulauan Kei,
Kakibajalang pertama kali diciptakan di Festival Pesona Meti Kei utama pada tahun 2016. Ini didasarkan pada tujuan utama, bersama, dan akhirnya mengglobalkan Kei.
Namun, Kakibajalang mungkin tidak bisa berbuat lebih banyak untuk pulau-pulau dan penduduk setempat. Sayangnya, semua dampak dari pandemi Covid-19, dan situasi saat ini menghasilkan keputusan untuk tidak lagi melanjutkan apa yang telah kita perjuangkan selama bertahun-tahun.
Kami hanya bagian dari komunitas besar yang mau melakukan sesuatu berdasarkan kapasitas kami secara mandiri.
Kami mungkin menemukan masing-masing dari kami mengurus bisnis kami sendiri di masa depan, bahwa kami akhirnya memutuskan untuk MENGAKHIRI Kaki Bajalang.
Sudah menjadi tugas kita sebagai generasi muda untuk membangun pulau ini. Tapi sementara itu, kami hanya ingin mundur selangkah. Mencoba memprioritaskan mereka yang ada di lingkaran dalam kita dan diri kita sendiri.
Kami sangat menghargai semua dukungan yang diberikan kepada kami selama ini.
Terima kasih banyak!(*)