satumalukuID – Fotografer lepas untuk majalah National Geographic Indonesia Feri Latief, terlibat melatih dan mengasah kemampuan komunitas fotografi di Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
“Pelatihan untuk komunitas foto di Banda sudah dilakukan sejak 5 Agustus 2021. Mereka tidak sekedar diajari teknik fotografi untuk menghasilkan foto yang bagus saja, karena tentu akan tidak menarik,” kata Feri Latief yang dihubungi dari Ambon, Rabu.
Lokakarya fotografi yang dilakukan merupakan salah satu dari rangkaian dari program Napak Tilas Jalur Rempah bertajuk “Muhibah Budaya”, yang diluncurkan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada paruh kedua tahun 2021.
Program Muhibah Budaya diawali Festival Jalur Rempah yang dimulai dari Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku sebagai titik nol jalur rempah Indonesia pada 29 Juli 2021 dan akan berlangsung di 13 daerah di Tanah Air.
Feri yang merupakan salah satu pengajar pada PannaFoto Institute mengaku tidak sekedar mengajarkan dasar dan teknik fotografi, karena akan tidak menarik. Ia memilih mengajarkan para pehobi foto di pulau penghasil rempah pala yang terkenal di abad ke-16 itu, untuk membuat foto cerita.
“Kalau hanya mengajari teknik fotografi maka peserta tidak antusias. Makanya saya mengajari mereka menghasilkan foto cerita yang dilengkapi dengan narasi singkat serta praktik lapangan,” katanya.
Selain itu, mengajarkan mereka tentang teknik membuat siaran pers atau reportase singkat, sehingga para peserta merasakan menjadi reporter beneran dan dapat berbagi karyanya untuk dinikmati orang lain.
“Liputan foto cerita dan reportase pertama para peserta adalah tentang pengelolaan sampah di Laut Banda. Sampah di laut berdampak besar bagi kerusakan ekosistem, apalagi banda saat ini terkenal dengan pariwisatanya yang luar biasa,” katanya.
Begitu besarnya antusiasme peserta sehingga pelatihan yang dijadwalkan hanya tiga hari, ternyata hingga Rabu Feri masih harus menerima kunjungan peserta untuk mengasistensi hasil karya mereka, terutama kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi.
“Jujur Pulau Banda bagi saya adalah surga, makanya saat ditawari menjadi salah satu pengajar workshop di sini (Banda) saya langsung menerima,” ujarnya.
Ia bersama sejumlah pihak berencana membuat laman website atau situs khusus untuk mempublikasikan hasil karya kalangan komunitas di Pulau Banda.
Dengan situs tersebut masyarakat banda terpanggil untuk mempublikasikan kekayaan alam mereka yang bagi banyak wisatawan dianggap “surga tersembunyi”.
“Jadi orang-orang Banda bisa memposting cerita tentang Banda di situs itu, sehingga berbagai kekayaan alam, seni budaya, sejarah dan pariwisata banda bisa tersiar hingga ke berbagai pelosok dunia,” katanya.
Para peserta lokakarya juga pada Rabu ikut berbagi cerita bersama fotografer senior di Ambon Embong Salampessy yang membagi tips tentang cerita foto jurnalistik yang pernah digelutinya selama menjadi kontributor foto untuk LKBN ANTARA.
Festival Jalur Rempah 2021 yang dimulai dari Pulau Banda sebagai titik nol jalur rempah Indonesia diwarnai sejumlah kegiatan di antaranya pelatihan drum band, literasi, videografi, fotografi dan pelatihan untuk guru sejarah budaya yang ditangani Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) provinsi Papua.
Workshop monolog, creative writing dan sketsa oleh BPNB Maluku serta teater anak, workshop musik, pembuatan perahu belang dan pengolahan limbah sampah plastik oleh Kelompok Kerja (Pokja) Jalur Rempah.