satumalukuID – Wali Kota Ternate, DR M Tauhid Soleman menyatakan akan mendorong informasi dan promosi ke seluruh dunia untuk menjadikan Ternate, Provinsi Maluku Utara, sebagai “titik nol jalur rempah” dalam napak tilas jalur rempah di nusantara.
“Kami akan jadikan Ternate sebagai titik nol jalur rempah, karena Ternate memiliki rempah seperti pala, cengkeh yang mulanya hanya tumbuh dan ditemukan di Ternate, serta terbukti banyak bangsa Eropa yang datang untuk mencari rempah-rempah asal Ternate,” kata Tauhid Soleman di Ternate, Selasa (14/6/2022).
Menurut Wali Kota, karena rempah-rempah seperti pala, cengkeh, maka bangsa Eropa datang ke Provinsi Maluku Utara (Malut), dan terjadi kolonialisme di daerah itu. Menurut dia, hal ini harus menjadi refleksi masa lalu sebagai sejarah Indonesia termasuk Ternate.
Selain itu, ia menilai Ternate bisa jadi lokasi studi rempah Indonesia, dengan pala cengkeh sebagai ciri khas masyarakat Ternate yang dikenal sebagai kota rempah itu.
Apalagi, ia mengatakan cengkeh adalah salah satu rempah “raja Nusantara” yang terbukti telah berkelana jauh hingga ditemukan di belahan dunia lain, ribuan kilometer dari Nusantara. Pada 1980-an, arkeolog merilis temuan cengkeh Maluku yang telah menjadi arang dalam wadah keramik yang tertata rapi di suatu dapur rumah Tuan Puzurun dalam tembok kota kuno Suriah. Artefak butiran cengkeh itu disinyalir telah berusia lebih dari 3.500 tahun lalu. Ini adalah temuan penting dalam sejarah rempah dunia, melengkapi temuan lainnya, bahwa rempah Nusantara telah digunakan di Mesir sebagai bahan pengawet jenazah raja-raja sejak 3.000 tahun sebelum Masehi.
Bahkan, perjalanan yang ditempuh oleh cengkeh hingga sampai di jazirah Arab, Afrika, dan Eropa, hingga saat ini belum ada yang dapat mengungkapnya dengan jelas. Sumber Yunani pada awal abad Masehi, dokumen yang memberikan deskripsi spesifik tentang rute perdagangan Samudra Hindia menunjukkan dengan jelas bahwa Nusantara terlibat dalam hubungan dagang antara India dan Romawi.
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Kemenbudristek Hilman Farid mengatakan, Ternate dan Tidore seolah menjadi satu kata yang tak terpisah dengan jalur rempah. Ternate dan Tidore adalah bagian dari Kepulauan Maluku bagian utara, yaitu pulau-pulau Ternate, Tidore, Makian, Bacan, dan Moti.
Sebab, jika melihat bukti sejarah, Temate dan Tidore adalah bagian dari Kepulauan Maluku bagian utara yang oleh para pedagang Arab kepulauan itu diberi nama Jazirah Al Mamluk. Kepulauan Raja-Raja merujuk kepada empat kerajaan bahari yang jejaknya masih bisa kita temui hingga saat ini, yaitu Kerajaan Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Wilayah tersebut digadang-gadang sebagai taman firdaus yang penuh misteri.
Dimana, para pedagang Arab dan Tiongkok selama berabad-abad sengaja merahasiakan keberadaan hingga maskapai dagang Eropa berhasil membuka tabir misteri rempah Nusantara pada abad ke-16 Masehi. Sampai dengan awal abad ke-17 Masehi, cengkeh dan pala hanya bisa ditemukan kepulauan Maluku bagian utara dan Banda.
“Sebagai masyarakat bahari, orang-orang Ternate dan Tidore sangat akrab dengan lautan. Laut bukanlah pemisah bagi pulau-pulau mereka, tapi justru pemersatu bagi masyarakat yang beragam, mendampingi memori kolektif kejayaan rempah Nusantara yang pernah mengharumkan nama Maluku dalam kancah perdagangan dunia,” ujarnya.