Aktivitas pertambangan nikel di Maluku Utara. |
satumalukuID - Badan Pusat Statistik menyatakan ekonomi Maluku Utara Triwulan III-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 24,85 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Malut Aidil Adha di Ternate, Senin (7/11/2022), pertumbuhan perekonomian Malut pada triwulan III-2022 masih didominasi oleh lapangan usaha industri pengolahan pertambangan sebesar 29,46 persen.
"Selain pertambangan, ada sektor penggalian sebesar 16,79 persen, melalui sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 14,31 persen. Peranan ketiga lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Maluku Utara mencapai 60,56 persen," katanya.
Berdasarkan data BPS, perekonomian Malut berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan III-2022 mencapai Rp17,6 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp10 triliun.
Aidil menyatakan, pada triwulan III-2022 pertumbuhan terjadi pada 14 lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri pengolahan sebesar 96,65 persen, lalu pertambangan dan penggalian sebesar 34,58 persen, serta transportasi dan pergudangan sebesar 23,47 persen.
Sementara itu, pertanian, kehutanan dan perikanan yang memiliki peran dominan dalam perekonomian Malut juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,00 persen.
Sedangkan, untuk ekonomi Maluku Utara Triwulan III - 2022 dibanding Triwulan II - 2022 (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar 0,47 persen, dimana pertumbuhan terjadi pada 12 lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah jasa keuangan dan asuransi sebesar 3,91 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 3,15 persen serta administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 3,08 persen.
Sementara itu, lapangan usaha industri pengolahan, pertambangan dan penggalian serta pertanian, kehutanan dan perikanan yang memiliki peran dominan juga mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 0,42 persen, 0,37 persen, dan 1,22 persen.
Aidil menyatakan, ada beberapa lapangan usaha lainnya yang mengalami pertumbuhan di antaranya lapangan usaha jasa pendidikan sebesar 1,63 persen, pengadaan listrik dan gas sebesar 1,46 persen, konstruksi sebesar 0,83 persen dan informasi dan Komunikasi sebesar 0,54 persen.
Sedangkan, lapangan usaha yang mengalami kontraksi diantaranya lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 10,40 persen. Lalu pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 5,25 persen; jasa perusahaan sebesar 2,76 persen, jasa lainnya sebesar 1,71 persen dan perumahan sebesar 0,03 persen. (Abdul Fatah/ant)