Plt Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Maluku, Adonia Rerung. Photo: Ho-Labkesda Maluku/ant |
satumalukuID - Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Maluku nyatakan keracunan massal di SMA Siwalima pada pekan lalu bukan berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh siswa di sekolah unggulan di Kota tersebut.Pelaksana Tugas Kepala Labkesda Maluku Adonia Rerung di Ambon, Senin (21/11/2022), mengatakan hasil uji sampel makanan yang dikirim dari SMA Siwalima dinyatakan negatif dari bakteri.
"Pemeriksaan sampel makanan yang dikirim ke laboratorium pemeriksaan hasilnya negatif dari bakteri, atau tidak ditemukan penyebab berarti yang mengakibatkan para siswa keracunan makanan," katanya.
Ia mengatakan ada sekitar enam sampel makanan yang dibawa untuk diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah Maluku sejak Jumat (18/11/2022).
"Sampel diambil petugas puskesmas, kami menerima enam sampel makanan untuk dilakukan pengujian," katanya.
Ia mengatakan, uji sampel makanan melalui proses tumbuk, untuk diuji bakteri apa yang muncul.
"Proses tumbuk dilakukan untuk menguji bakteri yang muncul, sampai hari ketiga tidak ada bakteri yang muncul, sehingga semua jenis bakteri yang diduga menyebabkan keracunan dan diare itu negatif," katanya.
Adonia menyatakan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab siswa keracunan karena
hanya menguji sampel makanan.
"Indikasinya kita belum tahu, bisa saja bukan dari makanan atau peralatan makan atau faktor lain.Tugas kami hanya melakukan pengujian," katanya.
Jumlah siswa yang keracunan makanan totalnya mencapai 70 orang di SMA Siwalima Ambon pada Jumat (18/11). Puluhan pelajar itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami mual, pusing, lemas, hingga kehilangan kesadaran.
Kesaksian sejumlah siswa saat itu mereka mulai merasa tidak enak badan setelah makan siang pada Kamis (17/11) dan makin parah sehari setelahnya.
SMA Siwalima merupakan sekolah unggulan di bawah naungan Dinas Pendidikan Maluku, yang siswanya semua tinggal di dalam asrama. Sekolah tersebut menyediakan makanan untuk siswa dengan menggandeng pihak ketiga, yakni sebuah perusahaan katering di Ambon. (Penina Fiolana Mayaut/ant)