Statistisi Madya BPS Provinsi Maluku Yusuf Mangaraksa. Photo: John Soplanit/ant |
satumalukuID - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku mengungkap dari 100 penduduk di provinsi itu tujuh diantaranya lahir di luar provinsi atau melakukan migrasi."Hasil Sensus Penduduk 2020 menunjukkan angka migrasi seumur hidup di Maluku mengalami fluktuasi dalam lima dekade terakhir," kata Statistisi Madya BPS Provinsi Maluku Yusuf Mangaraksa di Ambon, Rabu (1/2/2023).
Menurut dia pada Sensus Penduduk 1971 angka migrasi seumur hidup mencapai empat persen dan pada Sensus Penduduk 2020 naik menjadi 6,99 persen serta mengalami sedikit penurunan dibanding dengan hasil SP2010.
Dia mengatakan, proporsi penduduk berstatus migran seumur hidup antarprovinsi terbesar berada pada generasi X sebesar 12,03 persen.
Delapan dari 100 penduduk generasi milenial merupakan migran seumur hidup antarprovinsi.
Sementara proporsi penduduk berstatus migran seumur hidup pada generasi yang lebih muda, lebih rendah dari generasi yang lebih tua.
Ia menjelaskan migrasi merupakan perpindahan penduduk antarwilayah dalam jangka waktu tertentu dengan melibatkan perubahan tempat tinggal.
Penduduk yang wilayah tempat tinggalnya pada saat pelaksanaan sensus/survei berbeda dengan wilayah tempat lahir merupakan migran seumur hidup.
Besaran migran seumur hidup dalam suatu populasi dikenal sebagai angka migrasi seumur hidup.
Pada Sensus Penduduk 2020 tidak hanya menghasilkan indikator migrasi seumur hidup pada tingkat provinsi, tetapi juga menghasilkan indikator migrasi seumur hidup tingkat kabupaten/kota.
Migrasi seumur hidup antar kabupaten/kota adalah penduduk kabupaten/kota tempat tinggal saat pendataan berbeda dengan kabupaten/kota tempat lahir.
Tempat lahir dapat berada di kabupaten/kota lain di dalam provinsi , di luar provinsi, maupun di luar negeri.
Ia memaparkan ada tiga kabupaten/kota yang memiliki angka migrasi masuk seumur hidup tertinggi di Maluku yakni Kota Ambon 27,06 persen, Kota Tual 25,08 persen, dan Kabupaten Aru 22,74 persen),
Sedangkan yang memiliki angka migrasi keluar seumur hidup tertinggi adalah Kota Ambon 39,71 persen, Kabupaten Maluku Tenggara 25,95 persen, dan Kota Tual (19,16 persen)," ujarnya.
Dua kabupaten/kota dengan angka migrasi neto seumur hidup antar kabupaten/kota yang bernilai positif tertinggi adalah Kabupaten Aru 17,21 persen, dan Kabupaten Kepulauan Aru 9,44 persen.
Hal ini mengindikasikan bahwa migrasi berkontribusi cukup penting terhadap meningkatnya jumlah penduduk di kedua kabupaten tersebut.
Sementara angka migrasi neto seumur hidup antar kabupaten/kota yang bernilai negatif tertinggi adalah Kota Ambon -18,99 persen, dan Kabupaten Maluku Tenggara -17,73 persen, mengindikasikan bahwa migrasi seumur hidup berkontribusi cukup penting terhadap penurunan jumlah penduduk di kedua daerah itu. (John Soplanit/ant)