Sejumlah tenaga kesehatan menggelar aksinya di depan Rumah Sakit Umum (RSU) Chasan Boesoerie (CB) Ternate, Selasa (9/5/2023). |
satumalukuID - Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasan Boesoerie di Ternate, Maluku Utara, hingga kini harus fokus untuk menuntaskan berbagai utang puluhan miliar rupiah yang belum diselesaikan.
"Saat ini manajemen RSU harus berpikir selesaikan utang mulai dari tertunggak pembayaran Tunjangan Penghasilan Pegawai (TPP) bagi 500 lebih ASN dan non-ASN sebanyak 330 orang," kata Dirut RSU Chasan Boesoerie Ternate dr Alwia Assagaf saat dihubungi, Selasa (9/5/2023).
Dia mengakui utang tersebut mempengaruhi pelayanan bagi pasien karena seluruh dokter spesialis memilih untuk mogok kerja.
Oleh karena itu ia telah mengusulkan untuk usulan pembayaran TPP dan insentif bagi petugas kesehatan dibuatkan peraturan gubernur (pergub) sebagai dasar untuk membayar utang bagi para tenaga kesehatan yang bekerja di RSU tersebut.
Menurut Alwia, RSUD Chasan Boesoerie juga berutang ke farmasi sebesar Rp43 miliar. Bahkan janji Pemprov Maluku Utara untuk membayar cicilan utang sebesar Rp9 miliar hingga kini belum terealisasi dan sangat mengganggu pelayanan kesehatan di RSUD tersebut.
Akibat kondisi keuangan tersebut, puluhan orang pada 8 Mei 2023 pukul 12.30 hingga 17.45 WIT menggelar aksi di depan RSUD Chasan Boesoerie dan Kediaman Gubernur Maluku Utara di Kota Ternate.
Dalam aksinya itu, massa menuntut Gubernur Maluku Utara segera menuntaskan utang RSUD Chasan Boesoerie, sebagaimana Pergub Nomer 9.3 Tentang TPP RSUD Chasan Boesoerie dan Gubeenur Maluku Utara segera copot jabatan direktur RSUD Chasan Boesoerie yang menjadi calon tersangka kasus korupsi.
Alan Ilyaas pemimpin aksi tersebut dalam orasinya mengatakan kondisi rumah sakit yang saat ini kolaps dan telah melakukan pergantian manajemen, namun pengurus yang baru belum bisa berbuat apa apa karena anggaran sudah tidak ada lagi. Untuk itu, menurut dia, status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Chasan Boesoerie segera ditarik. (Abdul Fatah/ant)