SATUMALUKU.ID – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Utara menggelar sosialisasi mitigasi risiko gempa bumi megathrust di Kota Ternate.
Kegiatan ini berlangsung di Kantor BPBD Ternate dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk instansi pemerintah, komunitas masyarakat, dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB).
Kepala BPBD Kota Ternate, Ferry Hamdani Wolly, menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa bumi megathrust yang menjadi perhatian nasional.
"Isu ini berkembang dalam tiga bulan terakhir. Kita berharap ancaman ini tidak terjadi, tetapi kita harus selalu siap," ujarnya.
Ferry juga menilai sosialisasi ini sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana.
Ferry menyampaikan apresiasinya kepada BPBD Provinsi Maluku Utara atas inisiatifnya memilih Kota Ternate sebagai lokasi kegiatan.
"Kami berterima kasih kepada BPBD Provinsi atas inisiatif ini. Ini mendorong sinergi dalam membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan kota menghadapi bencana," tambahnya.
Ia memastikan hasil dari sosialisasi ini akan ditindaklanjuti, termasuk masukan dari para instruktur dan peserta diskusi.
Ferry berharap seluruh pihak dapat bersinergi dalam meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman gempa bumi megathrust.
Di sisi lain, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kota Ternate, Deddy Arif, menyoroti pentingnya peningkatan pemahaman masyarakat terkait karakteristik dan mitigasi gempa bumi megathrust.
"Giat ini memberikan pemahaman baru, mulai dari karakteristik megathrust hingga langkah-langkah mitigasi," jelas Deddy.
Ia juga menekankan bahwa penanganan gempa megathrust membutuhkan Standar Operasional Prosedur (SOP) khusus karena dampaknya yang jauh lebih besar dibandingkan gempa lainnya.
Deddy mengidentifikasi Kecamatan Pulau Batang Dua sebagai wilayah dengan indeks ancaman tertinggi di Kota Ternate.
"Pulau Batang Dua berada di zona seismik yang sangat rentan. Meski demikian, seluruh wilayah di Ternate tetap memiliki potensi ancaman megathrust," tambahnya.
Deddy berharap hasil sosialisasi ini menjadi landasan dalam menyusun strategi mitigasi bencana ke depan.
"BPBD telah mencatat berbagai saran dan rekomendasi. Sekarang yang dibutuhkan adalah penerapan langkah-langkah konkret untuk melindungi masyarakat," ujarnya.
Ia menegaskan, sosialisasi ini menjadi titik awal membangun kesadaran kolektif masyarakat dan memperkuat koordinasi antarinstansi dalam menghadapi bencana.
"Dengan ancaman gempa bumi megathrust yang tidak bisa diprediksi, kesiapan menjadi kunci utama untuk meminimalkan dampak yang mungkin terjadi," tandasnya. (Tyo)