SATUMALUKU.ID -- Direktur Teknis Malut United, Asghar Saleh, mengungkapkan kebutuhan mendesak akan lahan seluas 2 hingga 3 hektare untuk membangun training ground bagi klub kebanggaan Maluku Utara.
Fasilitas ini menjadi bagian dari upaya memenuhi regulasi PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI, sekaligus mendukung perkembangan tim secara profesional.
Fasilitas yang direncanakan meliputi lapangan latihan, mes pemain, dan ruang ganti.
Namun, hingga kini, pihak manajemen belum menemukan lokasi yang sesuai di Kota Ternate.
“Kami sudah meninjau beberapa lokasi, termasuk di Ternate Barat. Tetapi, kawasan ini rentan terhadap abu vulkanik dari Gunung Gamalama, yang dapat merusak kualitas rumput. Solusinya membutuhkan penjagaan 24 jam, yang tidak mudah direalisasikan,” kata Asghar baru-baru ini.
Alternatif lain adalah Lapangan Sulamadaha, tetapi pembahasan dengan warga setempat menghadapi kendala.
“Mereka meminta jaminan agar sembilan anak dari desa itu masuk ke akademi setiap tahun. Namun, kami harus menjaga standar seleksi berbasis kemampuan, bukan asal-usul,” jelasnya.
Sementara itu, Lapangan Gambesi juga tidak bisa dijadikan opsi karena masih dalam sengketa lahan.
“Kami tidak berani mengambil risiko membangun di lokasi dengan status hukum yang belum jelas,” tambah Asghar.
Saat ini, tim masih menggunakan Stadion Gelora Kie Raha untuk latihan, meskipun hal itu dapat merusak kualitas rumput stadion.
Para pemain juga masih diinapkan di hotel untuk laga kandang, yang menambah beban biaya operasional klub.
Selain masalah lahan, Asghar menyoroti kurangnya fasilitas pendukung seperti rumah sakit dan sekolah berstandar internasional di Kota Ternate, yang memengaruhi minat pemain asing bertahan.
“Ada pemain asing yang ingin memutus kontrak lebih awal karena khawatir dengan ketiadaan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang layak untuk keluarganya,” ungkapnya.
Asghar berharap masyarakat memberikan dukungan penuh agar Malut United dapat memenuhi standar fasilitas yang ditetapkan.
“Sponsor utama kami, PT Mineral Trobos, terus mendanai operasional klub meskipun tidak mendapat keuntungan finansial. Ini adalah perjuangan bersama untuk kemajuan klub,” tuturnya.
Malut United menargetkan bertahan di Liga 1 musim ini dan berambisi menjadi juara pada musim berikutnya. Namun, isu tiket juga menjadi sorotan.
“Penjualan tiket sebagian besar dilakukan secara online melalui aplikasi BRImo. Jika ada masalah calo, mohon laporkan dengan bukti,” tegas Asghar.
Ia juga mengungkapkan rencana meningkatkan kapasitas Stadion Gelora Kie Raha, termasuk penggantian tiang lampu besar untuk memperluas area tribun.
“Manajemen mengajak semua pihak menjaga keberlanjutan klub ini. Malut United adalah kebanggaan kita bersama,” tandasnya. (Mars)