SATUMALUKU.ID – Pemenuhan kebutuhan pokok bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat (Halbar), Maluku Utara, menjadi prioritas selama masa tanggap darurat yang diberlakukan selama dua pekan oleh pemerintah kabupaten setempat.
“Tentu yang jadi prioritas utama adalah kebutuhan permakanan. Kami terus berkoordinasi dengan BPBD, khususnya untuk masyarakat terdampak,” ujar Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB, Agus Riyanto, dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (16/1/2025).
Agus bersama tim BNPB saat ini berada di Halmahera Barat untuk memastikan pelaksanaan tanggap darurat berjalan lancar. “Kami juga mempersiapkan pengungsian, posko utama, peralatan mitigasi, hingga pemasangan rambu evakuasi,” tambahnya.
Berdasarkan laporan BPBD Halmahera Barat, evakuasi warga telah dilakukan sejak Rabu (15/1/2025) malam dari enam desa yang berada dalam kawasan rawan bencana. Desa-desa tersebut meliputi Tuguis, Togoreba Sungi, Borona, Soa Sangaji, dan Todoku.
Diperkirakan sekitar 3.000 jiwa telah dievakuasi ke lokasi aman, seperti gereja di Desa Tongute Sungi dan Desa Akesibu.
Lokasi ini ditetapkan sebagai tempat pengungsian berdasarkan pengalaman tanggap darurat saat erupsi Gunung Ibu pada Mei 2024.
Gunung Ibu yang berada di Halmahera Barat mengalami peningkatan status dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV) pada Rabu (15/1) siang, menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Status ini menandakan potensi erupsi besar yang dapat membahayakan kawasan sekitarnya.
Agus Riyanto menegaskan pentingnya kesiapan logistik untuk mendukung kebutuhan dasar pengungsi dan memastikan kelancaran proses evakuasi.
“Kami berharap koordinasi yang baik antara BNPB, BPBD, TNI, Polri, dan pemerintah daerah dapat mempercepat penanganan dan mengurangi dampak bencana bagi masyarakat,” ujarnya.(Tyo)