SATUMALUKU.ID -- Ada yang menarik dari skuad tim nasional (timnas) Indonesia alias Garuda Merah Putih, yang sedang berkompetisi di Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Apa itu ? Mari kita simak. Suka atau tidak suka. Sekitar 50-60 persen skuad inti pasukan Garuda kini berisi para pemain lokal atau naturalisasi asal atau keturunan Indonesia Timur, yaitu Maluku, Papua, NTT dan Sulawesi.
Dengan kata lain. Skuad timnas Indonesia saat ini dipenuhi para "bintang" yang bercahaya dari timur, baik lokal maupun naturalisasi.
Dari pemain asli lokal misalnya ada Marselino Ferdinan (putra NTT), Ricky Kambuaya (Papua), sempat juga seperti Asnawi Mangkualam (Sulsel), Yakob dan Yance Sayuri (Papua) dan lainnya.
Para pemain lokal asal Indonesia Timur itu, merupakan andalan di era pelatih asal Korea Shin Tai-yong. Mereka juga beberapa masih direkrut oleh coach Patrick Kluivert.
Sedangkan dari kubu pemain keturunan naturalisasi, didominasi para bintang berdarah Ambon-Maluku dan Sulawesi.
Mereka adalah Kevin Diks (ibu marga Bakarbessy), Joey Mathijs Pelupessy, Eliano Johannes Reijnders (ibu Lekatompessy), Ragnar Anthonius Maria Oratmangoen dan Shayne Pattinama.
Selain kelima pemain keturunan Maluku tersebut, salah satu asisten pelatih Garuda Merah Putih juga berdarah Maluku, yakni Denny Landzaat (ibu Salasiwa).
Sebelumnya juga, pelatih lokal timnas Indonesia paling sukses adalah Bertje Matulapelwa.
Ia berhasil bawa timnas merebut medali emas SEA Games pertama kali tahun 1987, semifinalis Asian Games di Korsel 1986 dan juara Piala Kemerdekaan 1987.
Masih dari kawasan timur untuk pemain keturunan asal Sulawesi yaitu Mees Hilgeers dan Thom Haye (ibu/nenek berdarah Manado Sulut) serta Jordi Amat dan Justin Hubner (kakek/nenek berdarah Makassar, Sulsel). Termasuk kiper Emilio Audero lahir di Mataram NTB.
Sebelum para pemain naturalisasi banyak di skuad timnas Indonesia saat ini. Sudah ada pesepakbola keturunan Maluku yang duluan bela Merah Putih.
Yaitu diantaranya Stefano Lilipaly, Raphael Maitimo, Sergio van Dijk (ibu Pattinaya), Diego Mitchel, Ruben Wuarbanaran dan Toni Cussel Lilipaly.
Namun jauh sebelum era naturalisasi, timnas Indonesia masih bermaterikan asli skuad lokal. Sudah ada para bintang asal atau berdarah Maluku di setiap generasi tim PSSI.
Kita sebuat aja sejak era 1930 an (masih dijajah dan bernama Hindia Belanda) hingga.2000 an. Bahkan di tahun 1938 saat Hindia Belanda ikut Piala Dunia di Hungaria, ada tiga marga asal Maluku yakni Pattiwael, Tahitu dan Hukom
Lalu di tahun 1950 - 1960 an kita kenal andalan timnas PSSI dari timur seperti Ramang, kiper Maulawi Saelan, Matheos Putiray, dua bersaudara Maxi dan Jopi Timisela, Jacob Sihasale serta lainnya.
Seakan tak hentinya muncul mutiara timur Indonesia. Di masa 1970 an - 1980 an muncul generasi Ronny Pattinasarany, Simson Rumapasal, Mustafa Umarella, Berti Tutuarima, Yance Lilipaly, Andi Lala, Yohanes Auri, kiper Ronny Paslah, Roby Binur, Roby Maruanaya, John Lesnusa, Syafrudin Fabanyo, Rully Nere, Adolf Kabo, Nus Lengkong, kiper Dony Latuperisa, Yessy Mustamu, Elly Idris, Franky Wenno, Toni Tanamal, Najib Assagaff dan masih banyak lagi.
Sedangkan di era 1990 an hingga awal 2000 an. Kita kenal anak-anak timur di skuad Merah Putih.
Misalnya Frank Sinatra Huwae, Ferrel Raymond Hattu, Ibrahim Lestaluhu, Ritham Madubun, Aples Ticuary, Maura Helly, Aji Lestaluhu, Khairil Anwar Ohorella, Imran Nahumarury, Rochy Putiray, Dedy Umarela, Boas Salosa, Ricardo Salampesy, Rachel Tuasalamony, Rahmat Rivai dan seabrek lainnya.
Bahkan terkini, ada top skor Liga 2 Indonesia asli putra Papua. Dia adalah Ramai Rumakiek dan juga pernah jadi bagian skuad Garuda.
Begitu banyaknya anak-anak berdarah kawasan timur Indonesia yang pernah membela Merah Putih, sehingga tidak bisa ditulis semuanya.
Kita berharap talenta-talenta muda terus muncul dan berkembang. Baik di kompetisi lokal Liga 1 dan 2 maupun di Eropa oleh para pemain keturunan. (NP)