13.925 Calon Sidi GPM Diteguhkan, Klasis Pulau Ambon Terbanyak, Masihulan 11 Orang

Share:


SATUMALUKU.ID
-- Sebanyak 13.925 Calon Sidi Gereja Protestan Maluki (GPM) yang meliputi 34 Klasis di Provinsi Maluku dan Maluku Utara diteguhkan dalam ibadah peneguhan, Minggu (13/4/2025).

Hal itu disampaikan Ketua MPH Sinode GPM, Pdt Elifas Tomix Maspaitella STh kepada Media Center GPM, Jumat 11 April 2025, usai proses rekaman video refleksi diri untuk para calon sidi baru.

Menurutnya, pengakuan Iman merupakan tahapan puncak dalam seluruh proses Pendidikan Formal Gereja (PFG) di GPM. Akta itu sendiri akan berlangsung dalam ibadah Peneguhan Sidi. 

Para calon sidi merupakan siswa PFG yang telah menempuh pendidikan tersebut sejak usia 0 tahun atau melewati dua lembaga PFG GPM yaitu Sekolah Minggu-Tunas Pekabaran Injil (SM-TPI) dan Katekhisasi.

Sedangkan peneguhan sidi sendiri merupakan suatu rangkaian pendewasaan iman, dimana mereka (calon sidi) akan menjadi warga gereja yang dewasa dalam iman, dan untuk itu telah siap untuk menjalankan tugas pelayanan dalam misi gereja GPM yang utuh. 

Tentang jumlah, Maspaitella jelaskan, sesuai data dari Sekretariat Umum Sinode GPM, tahun ini terdapat 13.925 orang yang tersebar di 34 Klasis GPM. 

Jumlah tertinggi masih dari Klasis Pulau Ambon yaitu 1.327 orang dan Klasis Pulau Ambon Timur yaitu sebanyak 1.296 orang. 

Disusul Klasis GPM Masohi 924 orang, Kota Ambon 825 orang, Klasis Pulau Ambon Utara 777 orang, Klasis P.P. Lease 771 orang, Klasis P.P. Aru 767 orang, Klasis Kairatu 664 orang, Klasis P.P. Kei Kecil dan Kota Tual 616 orang dan Klasis Tanimbar Selatan 600 orang. 

Klasis P.P. Leti Moa Lakor 572 orang, Klasis Buru Selatan 436 orang, Klasis Seram Barat 428 orang, Klasis Tanimbar Utara 407 orang, Klasis Taniwel 356 dan Klasis P.P. Kisar 320 orang.

Sedangkan Klasis Seram Timur terdapat 11 orang. Ini sesuai dengan jumlah warga gereja di Klasis itu yang hanya terdiri dari enam jemaat mandiri serta di Klasis P.P. Banda 25 orang.

Di Maluku Utara, untuk Klasis Ternate yang terdiri dari empat jemaat, terdapat 32 calon sidi baru, sementara Klasis Bacan, Obi, dan Sula Taliabu masing-masing 196, 220 dan 106 orang. Semua calon anggota sidi baru ini berusia 17 tahun ke atas sesuai ketentuan PFG GPM.

Hal itu menandakan bahwa dukungan dan perhatian orang tua kepada anak dalam mengikuti PFG sangat baik. Dapat dikatakan Wajib Sekolah Minggu (WASMI) telah berlangsung baik dan menjadi kesadaran dari semua keluarga atau orang tua.

Menurut Maspaitella, waktu Katekhisasi memang hanya 1 tahun, tetapi sebagai proses berkelanjutan, anak-anak ini (calon sidi, red) telah dibina dengan seluruh perangkat kurikulum PFG selama 17 tahun, ditambah pembinaan yang berlangsung dalam keluarga. 

Jadi kita tidak bisa melihat sidi itu hanya sebatas pada katekhisasi, dan merasa bahwa satu tahun itu tidak cukup. Prosesnya panjang, yaitu 16 tahun di SM-TPI dan 1 tahun di Katekhisasi. 

Perpindahan anak dari satu Sub Jenjang dan Jenjang SM-TPI, mulai dari Kelas Indria sampai Remaja, adalah masa bina yang sangat penting dan telah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para pengasuh GPM. 

Anak-anak itu, setelah selesai masa WASMI, melanjutkan ke katekhisasi, sebagai tahapan pembentukan berkelanjutan. 

Karena itu jika dikatakan mereka sudah matang dan dewasa maka itu harus dilihat dalam totalitas masa PFG itu ditambah dengan pembinaan dalam keluarga yang sudah tentu berlangsung setiap hari, urai Maspaitella.

11 ORANG DI JEMAAT MASIHULAN

Sementara itu, meski baru saja dilanda konflik dan rumah-rumah terbakar, tetapi 11 calon sidi baru akan diteguhkan di Jemaat GPM Masihulan, Klasis Seram Utara Barat, kabupaten Maluku Tengah. Total di Klasis itu ada 99 orang yang diteguhkan.

Maspaitella ungkapkan, perlengkapan sidi mereka, yaitu pakaian hitam yang sudah dipersiapkan telah turut terbakar tetapi sudah ditanggulangi oleh MPH Sinode. 

Karena itu diharapkan pada momentum peneguhannya nanti (13 April) mereka akan diteguhkan dalam ibadah jemaat di sana tanpa ada hambatan.

Mengenai hal itu, Maspaitella tetap berharap agar situasi kondusif terus tercipta, dan semua orang bisa menjadikan peristiwa tanggal 13 April itu sebagai pelajaran untuk menyadari bahwa jauh lebih penting hidup dalam damai daripada pertikaian. 

”Saya mengajak kita semua berdoa, supaya melalui moment-moment kudus ini, kita membuka diri satu dengan lain, jujur satu dengan lain, seperti kita terbuka dan jujur kepada Tuhan, supaya damai itu jadi berkat yang tidak bisa dirampas lagi dari hidup kita semua,” ujar Maspaitella. (NP)

Share:

Baca Lainnya

Komentar